BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi II ini
merupakan penerus dari analisis tentang kekuatan-kekuatan yang mengarahkan
ekonomi jangka-panjang. Dengan versi dasar dari model pertumbuhan Sollow
sebagai titik awal.
Pada pertumbuhan
ekonomi II , membuat model Sollow lebih umum dan realistis. Pada pertumbuhan
ekonomi I, model Sollow menunjukkan bagaimana perubahan modal (tabungan dan
investasi) dan perubahan angkatan kerja (pertumbuhan populasi) mempengaruhi
output. Dan dalam pertumbuhan ekonomi II ini akan menambahkan sumber lainnya
yakni perubahan teknologi.
Pada pertumbuhan ekonomi II ini juga mengkaji
bagaimana kebijakan publik suatu Negara bisa mempengaruhi tingkat dan
pertumbuhan standar kehidupanya. Berpindah dari teori empiris yaitu mempertimbangkan
apakah model Sollow sesuai fakta. Selama tahun 1990-an, sebuah literature besar
memeriksa prediksi model Sollow dan model pertumbuhan ekonomi lainnya, ternyata
ada beberapa yang sesuai dan ada yang tidak. Model Sollow dapat mencakup banyak
pengalaman dalam pertumbuhan internasional, tetapi masih agak jauh dari
pertumbuhan itu sendiri. Dan pada pertumbuhan II ini, mempertimbangkan hasil
dari model Sollow. Model ini dapat membantu kita untuk memahami dunia ini
dengan membuatnya menjadi sederhana. Oleh karenanya, setelah menyelesaikan
analisis tentang suatu model adalah penting untuk mempertimbangkan apakah kita
telah membuatnya menjadi terlalu sederhana.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana model Sollow dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi?
1.2.2
Apa saja kebijakan pemerintah untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk dapat mendiskripsikan model Sollow
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
1.3.2
Untuk menyebutkan kebijakan pemerintah
untuk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Model Sollow Dapat Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi
Model Sollow mengasumsikan hubungan yang tidak
berubah antara input modal dan tenaga kerja serta output barang dan jasa.
Tetapi model Sollow ini dapat dimodifikasi untuk mencakup kemajuan teknologi yang
merupakan variable eksogen, yang meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
berproduksi sepanjang waktu.
2.1.1
Efisiensi Tenaga Kerja
Untuk
memasukkan kemajuan teknologi, maka harus kembali ke fungdi produksi yang
mengkaitkan modal total K dan tenaga kerja total L dengan output total Y. jadi
fungsi produksi itu dapat ditulis:
Y
= F(K,L)
Kini dapat ditulis fungsi produksi
sebagai
Y
= F(K,L x E)
E disini adalah variable baru (dan
abstrak) yang disebut efisiensi tenaga kerja. Efisiensi tenaga kerja mencerminkan
pengetahuan masyarakat tentang metode-metode produksi, ketika teknologi
mengalami kemajuan, efisiensi tenaga kerja meningkat.
Asumsi
yang paling sederhana tentang kemajuan teknologi adalah bahwa kemajuan
teknologi menyebabkan efisiensi tenaga kerja E tumbuh pada tingkat konstan g.
Bentuk kemajuan teknologi disebut pengoptimalan tenaga kerja, dan g disebut
tingkat kemajuan teknologi yang mengoptimalkan tenaga kerja (labor-augmenting
technological progress). Karena angkatan kerja L tumbuh pada tingkat n, dan
efisiensi dari setiap unit tenaga kerja E tumbuh pada tingkat g, maka jumlah
pekerja efektif LxE tumbuh pada tingkat n+g .
2.1.2
Kondisi Mapan dengan Kemajuan teknologi
Mengekspresikan
kemajuan teknologi sebagai pengoptimalan tenaga kerja membuatnya analog dengan
pertumbuhan populasi. Pada pertumbuhan ekonomi II menganalisis perekonomian
dalam kaidah jumlah per pekerja efektif dan membiarkan jumlah pekerja efektif
meningkat.
Untuk
melakukan hal tersebut, maka perlu mempertimbangkan kembali notasi. yaitu
k = KI (L x E) menunjukkan modal per
pekerja efektif, dan y = YI (L x E) menunjukkan output per pekerja efektif.
Dengan demikian dapat ditulis y = f(k). Notasi tersebut sebenarnya tidak baru.
Efisiensi tenaga kerja E konstan pada nilai arbitrer 1, sebagaimana dilakukan
secara emplisit, maka definisi k dan y akan mengganti definisi lama. Namun,
ketika efisiensi tenaga kerja meningkat maka harus diingat bahwa k dan y
sekarang mengacu pada jumlah per pekerja efektif (bukan per pekerja aktual).
Analisis
tentang perekonomian membuahkan hasil ketika mengkaji pertumbuhan populasi.
Persamaan yang menunjukkan evolusi k sepanjang waktu berubah menjadi:
∆k = sf (k) – (∂ + n + g )k.
Persediaan modal ∆k sama dengan
investasi sf (k) dikurangi investasi pulang-pokok (∂ + n + g)k. Namun demikian,
karena k = KI EL, maka investasi pulang-pokok menjadi tiga kaidah untuk menjaga
k tetap konstan, yaitu:
·
∂k dibutuhkan untuk mengganti modal yang
terdepresiasi
·
Nk dibutuhkan untuk memberi modal bagi
para pekerja baru
·
gk dibutuhkan untuk memberi modal bagi
para pekerja efektif baru yang diciptakan oleh kemajuan teknologi.
2.1.3 Dampak Kemajuan Teknologi
Dengan
adanya kemajuan teknologi , model Sollow akhirnya menjelaskan kenaikan yang
berkelanjutan dalam standar kehidupan yang di amati, yaitu menunjukkan bahwa
kemajuan teknologi bisa mengarah ke pertumbuhan yang berkelanjutan dalam output
per pekerja. Sebaliknya, tingkat tabungan yang tinggi mengarah ke tingkat
pertumbuhan yang tinggi hanya jika kondisi mapan dicapai. Sekali perekonomian
berada pada kondisi mapan, tingkat pertumbuhan output per pekerja hanya
bergantung pada tingkat kemajuan teknologi. Mengacu pada model Sollow, hanya
kemajuan teknologi yang bisa menjelaskan peningkatan standar kehidupan yang
berkelanjutan.
Kemajuan
teknologi juga memodifikasi kriteria untuk Kaidan Emas. Tingkat modal Kaidah
Emas didefinisikan sebagai kondisi mapan yang memaksimalkan konsumsi per
pekerja efektif. Dengan mengikuti argument yang sama, dapat menunjukkan bahwa
konsumsi per pekerja efektif pada kondisi mapan adalah :
c*
= f(k*) – (∂ + n + g)k*
Konsumsi pada kondisi mapan
dimaksimalkan jika
MPK
= ∂ + n + g
Atau
MPK
- ∂ = n + g
Yaitu , pada tingkat modal Kaidah Emas,
produk marginal modal neto, MPK - ∂ , sama dengan tingkat pertumbuhan output
total, n + g . Karena perekonomian aktual mengalami pertumbuhan populasi dan
kemajuan teknologi, maka harus menggunakan kriteria ini untuk mengevaluasi
apakah hal itu memiliki modal yang lebih besar atau lebih kecil dari kondisi mapan
Kaidah Emas.
2.2
Kebijakan Untuk Mendorong Pertumbuhan
Setelah
menggunakan model Sollow untuk menyingkap hubungan di antara sumber-sumber
pertumbuhan ekonomi yang berbeda, maka nisa digunakan teori tersebut untuk
membantu menuntun pemikiran tentang kebijakan ekonomi. Kebijakan ekonomi
pemerintah untuk mendorong pertumbuhan yaitu:
2.2.1
Mengevaluasi Tingkat Tabungan
Mengacu pada model
Sollow, seberapa banyak Negara menabung dan berinvestasi adalah determinan
penting dari standar kehidupan penduduknya. Tingkat tabungan menentukan tingkat
modal dan output pada kondisi mapan (stady state). Satu tingkat tabungan
tertentu menghasilkan kondisi mapan Kaidah Emas, yang akan memaksimalkan
konsumsi per pekerja sekaligus kesejahteraan ekonomi. Kaidah Emas memberikan
tolok ukur yang bisa dibandingkan dengan perekonomian AS.
Untuk
memutuskan apakah perekonomian AS berada pada diatas, atau di bawah Kaidah
Emas, maka perlu membandingkan produk marjinal modal setelah depresiasi (MPK -
∂) dengan tingkat pertumbuhan output total (n + g). Pada Kaidah Emas, MPK - ∂ =
n + g. Jika perekonomian beroperasi dengan modal lebih kecil dari Kaidah Emas,
maka produk marjinal yang kian menurun menyatakan bahwa MPK - ∂ > n + g.
Dalam hal ini, kenaikan tingkat bunga secara bertahap akan mengarah ke kondisi
mapan dengan konsumsi yang lebih tinggi. Di sisi lain, jika perekonomiana
beroperasi dengan terlalu banyak modal, maka MPK - ∂ < n + g, dan tingkat
tabungan harus dikurangi.
Fakta
membuktikan bahwa persediaan modal dalam perekonomian AS berada di bawah Kaidah
Emas. Dengan kata lian, jika Amerika Serikat menabung dan menginvestasikan
bagian yang lebih besar dari pendapatannya, maka perekonomian akan tumbuh jauh
lebih cepat dan akhirnya mencapai kondisi mapan dengan konsumsi yang lebih
tinggi. Penemuan ini menyatakan bahwa para pembuat kebijakan sebenarnya ingin
menaikkan tingkat tabungan dan investasi. Dalam kenyataannya, selama
bertahun-tahun, peningkatan formasi modal menjadi prioritas tinggi dari
kebijakan ekonomi.
2.2.2
Mengubah Tingkat Tabungan
Cara yang paling tepat
yang bisa dilakukan pemerintah untuk mempengaruhi tabungan nasional adalah
melalui tabungan masyarakat, perbedaan antara jumlah penerimaan pajak
pemerintah dan pengeluarannya. Apabila pengeluaran pemerintah melebihi penerimaannya,
maka pemerintah dikatakan mengalami defisit anggaran, yang menunjukkan tabungan
masyarakat negatif. Defisit anggaran meningkatkan tingkat bunga dan menyusutkan
atau meng-crowding out investasi. Penurunan persediaan modal yang
diakibatkannya adalah bagian dari beban utang nasional pada generasi mendatang.
Sebaliknya, jika pengeluaran pemerintah lebih kecil penerimaannya, dikatakan
telah terjadi surplus anggaran. Pemerintah bisa membayar sebagian utang
nasional dan mendorong investasi.
Pemerintah juga
mempengaruhi tabungan nasional dengan mempengaruhi tabungan swasta, tabungan
yang dilakukan oleh rumah tangga dan perusahaan. Sebaliknya, berapa banyak
orang yang menabung tergantung pada intensif yang mereka terima, dan intensif
ini dibedakan oleh berbagai kebijakan publik. Banyak ekonom berpendapat bahwa
tariff pajak atas modal yang tinggi termasuk pajak pendapatan perusahaan ,
pajak pendapatan federal, dan berbagai jenis pajak pendapatan Negara bagian
yang menghambat tabungan swasta dengan mengurangi tingkat pengembalian yang
diterima oleh para penabung.
2.2.3
Mengalokasikan Investasi Perekonomian
Model Sollow
menyederhanakan asumsi bahwa hanya ada satu jenis modal. Di dunia, tentu saja
ada banyak jenis modal. Perusahaan-perusahaan swasta melakukan investasi dalam
jenis-jenis modal tradisional, seperti pabrik buldoser dan baja, serta
jenis-jenis modal baru, seperti computer dan robot. Pemerintah melakukan
investasi dalam berbagai bentuk modal masyarakat, yang disebut infrasturktur, seperti
jalan, jembatan, dan sistem pembuangan air.
Meskipun model dasar
Solow hanya mencakup modal fisik dan tidak berusaha menjelaskan efisiensi
tenaga kerja, dalam banyak hal modal manusia analog dengan modal fisik. Seperti
modal fisik, modal manusia meningkatkan kemampuan untuk memproduksi barang dan
jasa. Menaikkan tingkat modal manusia membutuhkan investasi dalam bentuk para
pengajar, perpustakaan, dan waktu belajar.
Para pembuat kebijakan
yang berusaha mendorong pertumbuhan ekonomi harus menghadapi isu tentang
jenis-jenis modal apa yang paling dibutuhkan perekonomian. Para pembuat
kebijakan bisa mengandalkan pasar untuk mengalokasikan tabungan ke jenis-jenis
investasi alternatif. Industry-industri dengan produk marjinal modal tertinggi
secara alami akan bersedia meminjam pada tingkat bunga pasar untuk mendanai
investasi baru. Sebagian besar ekonom bersikap skeptic terhadap kebijakan
industri, karena dua alasan. Pertama, mengukur eksternalitas dari sektor-sektor
yang berbeda begitu sulit seperti menggantang asap. Jika kebijakan didasarkan
pada pengukuran buruk, maka pengaruhnya akan mendekati acak dan dengan
demikian, lebih buruk ketimbang tidak ada kebijakan sama sekali. Kedua, proses
politis adalah jauh dari sempurna. Sekali pemerintah terlibat dalam bisnis yang
memfasilitasi industri-industri tertentu dengan subsidi dan pengahapusan pajak,
hal itu cenderung didasarkan pada kepentingan politis sebagai besaran
eksternalitas.
Salah satu jenis modal
yang perlu melibatkan pemerintah adalah modal masyarakat. Pemerintah daerah,
Negara bagian, dan federal selalu memutuskan apakah akan meminjam untuk
mendanai jalan raya, jembatan, dan sistem transit baru.
2.2.4
Mendorong Kemajuan Teknologi
Model Solow menunjukkan
bahwa pertumbuhan yang berkelanjutan dalam pendapatan per pekerja harus berasal
dari kemajuan teknologi. Namun, model Solow menganggap kemajuan teknologi
sebagai variable eksogen, model Solow tidak dijelaskannya. Sayangnya,
determinan kemajuan teknologi tidak dipahami dengan baik.
Di samping pemahaman yang terbatas
ini, banyak kebijakan public dirancang untuk mendorong keamjuan teknologi.
Sebagian besar dari kebijakan ini mendorong sektor swasta untuk menyalurkan
sumber daya ke inovasi teknologi. Misalnya, sistem paten memberikan monopoli
sementara kepada investor produk-produk baur, prinsip perpajakan menawarkan
penghapusan pajak untuk perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam penelitian
dan pengembangan serta kantor-kantor pemerintah National Scicnce Foundation
secara langsung mensubsidi penelitian dasar di universitas. Selain itu,
sebagaimana telah dibahas, kebijakan industri juga menyarankan bahwa pemerintah
seharusnya mengambil peran yang lebih aktif dalam mempromosikan
industry-industri tertentu yang merupakan kunci bagi kemajuan teknologi yang
pesat.
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.1.1
Model Solow mengasumsikan hubungan yang tidak berubah antara input modal dan
tenaga kerja output barang dan jasa. Tetapi model Sollow ini dapat dimodifikasi
untuk mencakup kemajuan teknologi yang merupakan variable eksogen, yang
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berproduksi sepanjang waktu. Model
Solow mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yakni:
a. Efisiensi tenaga kerja
b. Kondisi mapan dengan kemauan
teknologi
c. Dampak kemajuan teknologi
3.1.2
Model Sollow untuk menyingkap hubungan di antara sumber-sumber pertumbuhan
ekonomi yang berbeda, maka nisa digunakan teori tersebut untuk membantu
menuntun pemikiran tentang kebijakan ekonomi. Kebijakan ekonomi pemerintah
untuk mendorong pertumbuhan yaitu:
a. Mengevaluasi tingkat tabungan
b. Mengubah tingat tabungan
c. Mengalokasikan investasi perekonomian
d. Mendorong kemajuan
teknologi