Selasa, 11 Desember 2012

Hubungan antara Tawuran Pelajar dengan Minat Belajar Siswa


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tawuran adalah istilah yang sering digunakan masyarakat Indonesia, khususnya di kota-kota besar sebagai perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Perkelahian Pelajar yang dikenal dengan Tawuran Pelajar pada era sekarang ini mungkin di sebagian masyarakat tertentu bukanlah merupakan suatu pemandangan yang aneh. Tetapi bagi masyarakat kependidikan khususnya dan juga orang tua yang terkait langsung dalam pelaksanaan pendidikan di lapangan setidaknya akan ikut mencemaskan dalam mencermati fenomena-fenomena tawuran pelajar yang cukup meresahkan tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), yang dimaksud dengan tawuran adalah : perkelahian massal atau perkelahian yang dilakukan beramai-ramai. Berdasarkan definisi, maka kata tawuran pelajar dapat diartikan sebagai perkelahian yang dilakukan secara massal / beramai-ramai antara sekelompok pelajar dengan sekelompok pelajar lainnya.
Tawuran pelajar merupakan salah satu bentuk perilaku negatif yang sangat marak terjadi dikota -kota besar, misalnya Jakarta. Permasalahan remeh dapat menyulut pertengkaran individual yang berlanjut menjadi perkelaian masal dan tak jarang melibatkan penggunaan senjata tajam atau bahkan senjata api. Banyak korban yang berjatuhan, baik karena luka ringan, luka berat, bakan tidak jarang terjadi kematian. Tawuran ini juga membawa dendam berkepanjangan bagi para pelaku yang terlibat didalamnya dan sering berlanjut pada tahun-tahun berikutnya.

Hal ini tentunya merupakan fenomena yang sangat memprihatinkan. Generasi yang diharapkan mampu membawa perubahan bangsa kearah yang lebih baik ternyata jauh dari harapan. Kondisi ini juga dapat membawa dampak buruk bagi masa depan bangsa. Perkelahian pelajar ini merugikan banyak pihak termasuk terganggunya proses belajar di sekolah yang nantinya dapat memengaruhi minat siswa dalam belajar.
            Berdasarkan permasalahan di atas, penulis mencoba memaparkan hubungan antara tawuran pelajar dengan minat belajar.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Faktor apakah yang mempengaruhi siswa melakukan tawuran?
1.2.2        Apakah tawuran pelajar berhubungan dengan minat belajar siswa
            Bagaimanakah cara meningkatkan minat belajar siswa?
1.3  Tujuan
1.3.1        Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi siswa memelakukan tawuran
1.3.2        Untuk mengetahui hubungan antara tawuran pelajar dengan minat belajar siswa
1.3.3        Untuk mengetahui cara meningkatkan belajar siswa

1.4  Manfaat
1.4.1        Bagi Pelajar
o    Lebih berhati-hati dalam memilih teman
o    Mengetahui bahwa teman juga berpengaruh dalam prestasi dan minta belajar
o    Lebih termotivasi dalam belajar

1.4.2        Bagi Sekolah
o    Sebagai bahan pertimbangan untuk pembuatan peraturan tata tertib sekolah
o    Menjadi wadah penyalur bakat dan minat siswa
1.4.3        Bagi Guru
o    Dapat mengetahui dan mengevaluasi afektif tiap siswa
o    Dapat membuat guru lebih peka terhadap tingkah laku siswa
1.4.4        Bagi Orang Tua
o    Dapat mengetahui perkembangan dan pergaulan anak masa kini
o    Dapat mengevaluasi sifat dan sikap anak

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Faktor yang Mempengaruhi Tawuran Pelajar
Menjalin hubungan baik dengan orang lain adalah bagian penting dari kehidupan manusia sehari-hari, apalagi pada saat beranjak masa remaja. Masa remaja adalah masa yang rentan terhadap menjalin hubungan baik dengan orang lain. Hubungan baik dengan orang lain sangat diperlukan pada masa remaja agar tidak terjadi kesalahpahaman yang bias berujung tawuran antar remaja atau anatar sekelompok remaja.
Nitibaskara, (2012) menarik kesimpulan sebagai berikut
Manusia selalu memasuki fase remaja dalam hidupnya yang terjadi saat berumur 12-23 tahun. Fase remaja memang diperlukan karena masa tersebut adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Karena sifatnya yang individual, fase remaja tidak bisa disamakan antara satu individu dengan individu lainnya. Tawuran antar pelajar sepertinya sudah menjadi hal biasa dalam berita saat ini.
Tawuran antara pelajar saat ini sudah menjadi masalah yang sangat mengganggu ketertiban dan keamanan lingkungan di sekitarnya. Saat ini, tawuran antar pelajar sekolah tidak hanya terjadi di lingkungan atau sekitar sekolah saja, namun terjadi di jalan-jalan umum, tak jarang terjadi pengrusakan fasilitas publik.
Levine (2004:280) mengatakan bahwa
Mengatasi konflik serius tanpa kekerasan merupakan prestasi sosial yang hebat. Banyak pelajar yang mengalami kesenjangan kognitif social tidak tahu cara mengatasi kesulitan, jalan buntu, dan masalah interpersonaldalam interaksi antar manusia sehari-hari.


Tidak ada hubungan social yang bebas dari konflik. Masalahnya adalah, seberapa jauh orang mampu mengatasi perbedaan yang ada dan memperbaiki hubungan yang terganggu. Namun sebagian anak tidak mampu menghadapi konflik social tanpa melontarkan kata-katakasar atau tindakan fisik.
Penyimpangan pelajar ini menyebabkan pihak sekolah, guru dan masyarakat yang melihat pasti dibuat bingung dan takut bagaimana untuk melerainya, sampai akhirnya melibatkan pihak kepolisian. Tak jarang tawuran itu terjadi karena seorang pelajar atau sekelompok pelajar tidak bias menjaga kata demi kata saat berbicara dengan orang lain, sehingga dapat mengakibatkan menyinggung perasaan orang lain. Carnegia (2002:193) mengatakan bahwa “setiap orang harus tahu, bahwa yang pokok ialah jangan menyinggung perasaan orang lain”. Banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan tawuran antar pelajar, dianarnya berasal dari diri sendiri, lingkungan, hingga sekolah, beberapa faktor tersebut diantaranya :
1.      Kurangnya pendidikan agama. Faktor yang paling besar adalah kurangnya pendidikan agama” (Tuasikal, 2010). Jika pendidikan agama yang diberikan mulai dari rumah sudahlah bagus atau jadi perhatian, tentu anak akan memiliki akhlak yang mulia. Dengan akhlak mulia inilah yang dapat memperbaiki perilaku anak.
2.      Pengaruh teman. Faktor lainnya adalah lingkungan pergaulan yang jelek. Biasanya karena pengaruh teman, takut dibilang cupu loe ga mau ikut tauran, punya nyali ga loe..?? atau ini kan buat kebaikan sekolah kita, klo loe ga ikut mending ga usah jadi temen gue. Kalau anak sudah memiliki agama yang bagus ditambah ia tahu bagaimana pergaulan yang buruk mesti dijauhi, ditambah dengan ia tidak mau perhatikan ucapan kawannya atau kakak angkatannya cupu atau culun. Tentu ia tidak mau terlibat dalam tawuran (Tuasikal, 2010).
3.      Tawuran antar pelajar bisa terjadi antar pelajar sesama satu sekolah, ini biasanya dipicu permasalahan kelompok, cenderung akibat pola berkelompok yang anak

menyebabkan pengkelompokkan berdasarkan hal-hal tertentu” (Adiguna, 2012). Misalnya, kelompok anak-anak nakal, kelompok kutu buku, kelompok anak-anak kantin, pengkelompokan tersebut lebih akrab dengan sebutan Gank. Namun, ada juga tawuran antar pelajar yang terjadi antara dua kelompok beda sekolah.
4.      Tawuran antar pelajar akibat rasa setia kawan yang berlebihan. Rasa setia kawan atau lebih dikenal dengan sebutan rasa solidaritas adalah hal yang lumrah atau biasa kita temukan dalam kehidupan” (Adiguna, 2012). Misalkan dalam persahabatan rasa setiakawan akan menjadi alasan mengapa persahabatan bisa menjadi kuat. Ia bisa menjadi indah ketika ditempatkan dalam porsi yang pas dan seimbang. Namun, rasa setia kawan yang berlebihan akan menyebabkan hal yang buruk, salah satunya adalah mengakibatkan tawuran antar pelajar. Mungkin dari kita pernah mendengar tawuran antar pelajar yang dipicu karena ketersingguhan seorang siswa yang tersenggol oleh pelajar sekolah lain saat berpapasan di terminal, atau masalah kompleks lainnya. Misalkan, permasalahan pribadi, rebutan perempuan, dipalak dan lain sebagainya.
5.      Tawuran antar pelajar akibat sejarah permusuhan dengan sekolah lain. Terkadang permasalahan tawuran antar pelajar dipicu pula dengan adanya sejarah permusuhan yang sudah ada dari generasi sebelumnya dengan sekolah lain, beredarnya cerita-cerita yang menyesatkan, bahkan memunculkan mitos berlebihan membuat generasi berikutnya, terpicu melakukan hal yang sama” (Adiguna, 2012).
6.      Tawuran Antar Pelajar Akibat Jiwa Premanisme. Premanisme bukan istilah yang asing lagi. Premanisme yang berasal dari kata “preman” adalah sebutan orang yang cenderung memakai kekerasan fisik dalam menyelesaikan permasalahannya. Kemenangan di ukur karena kekuatan fisiknya bukan intelektualitas. Premanisme bertolak belakang dengan jiwa seorang pelajar, yang dituntut kecerdasan berpikir, kecerdasan mengelola emosi, dan lain-lain.

Adiguna (2012) mengatakan bahwa
Jiwa premanisme dalam jiwa pelajar dapat dihilangkan karena dia tidak semerta merta muncul begitu saja, ia disebabkan oleh sesuatu hal. Oleh karenanya, kita perlu mengetahui faktor penyebab sikap premanisme dalam diri pelajar. Faktor di luar diri pelajar adalah faktor yang kental dapat mempengaruhi ke dalam.

7.      Ketidakmampuan/kurang mampunya beradaptasi dengan lingkungan sosial yang kompleks menimbulkan tekanan pada setiap orang” (Adiguna, 2012). Terutama pada remaja yang mentalnya masih labil dan masih dalam pencarian jati diri dan tujuan hidup. Kekompleksan seperti keberagaman budaya, kemampuan ekonomi dan pandangan tidak bisa diterima sehingga dilampiaskan lewat kekerasan.
8.      Biasanya para pelaku tawuran adalah golongan pelajar menengah ke bawah. Disebabkan faktor ekonomi mereka yang pas-pasan bahkan cenderung kurang membuat membuat mereka melampiaskan segala ketidakberdayaannya lewat aksi perkelahian” (Tuasikal, 2010). Karena diantara mereka merasa dianggap rendah ekonominya dan akhirnya ikut tawuran agar dapat dianggap jagoan.
9.      Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar, misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dan sebagainya akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya” (Nitibaskara, 2012).
10.  Adanya guru yang lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang seringkali menggunakan kekerasan dalam proses pembelajaran dan mendidik siswanya. Kondisi semacam ini membuat

siswa belajar dan meniru sikap dan prilaku guru yang pada gilirannya akan dilakukan di luar sekolah berupa tawuran (Nawawi, 2010).
11.  “Kemampuan sosialisasi yang sangat rendah menunjukkan kelemahan yang banyak dialami orang tanpa disadari” (Levine, 2004:292). Disini sosialisasi menjadi hal yang sangat penting, karena apabila terjadi diskomunikasi atau sosialisasi yang salah maka akan terjadi kesalahpahaman yang dapat berujung tawuran.

2.2  Hubungan antara Tawuran Pelajar dengan Minat Belajar Siswa
Selain faktor-faktor terjadinya tawuran pelajar tersebut diatas, masih banyak lagi faktor yang berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Sekolah dalam hal ini mempunyai peran yang penting untuk memabangkitkan minat belajar siswa bukan membangkitkan minat untuk melakukan tawuran. Pada awal memasuki sekolah menengah pertama maupun atas, pihak sekolah yang dalam hal ini pada konteks masa orientasi sekolah, dimana hal tersebut berguna untuk memperkenalkan bagaimana proses belajar mengajar di sekolah yang bersangkutan.
Adiguna (2012) menyebutkan
Orientasi sekolah adalah acara di mana pelajar baru diwajibkan mengikuti kegiatan ini. Kegiatan yang pada dasarnya adalah untuk memahami dan mengenali sekolah, kegiatan serta untuk lebih kenal kawan-kawannya malah cenderung disalah gunakan oleh senior untuk ajang balas dendam dari apa yang pernah ia terima pada waktu yang sama menjadi junior, pola-pola yang dipakai cenderung dengan pola militer.
Hal inilah yang menyebabkan kekerasan dalam dunia pendidikan. Pola yang menjadi semacam suntikan yang terus diturunkan oleh setiap generasi. Agar terhindar dari pola yang berlebihan, diperlukan adanya pengawasan dari pihak sekolah dan turunnya langsung pengajar dalam kegiatan ini. Kedisiplinan berbeda dengan kekerasan, hal ini seharusnya menjadi tantangan setiap panitia kegiatan dalam mengemas ide, gagasan acara pada waktu

perkenalan sekolah, menjadi sesuatu yang inofatif, kreatif sehingga diharapkan lambat laun sikap premanisme akibat perpeloncoan akan menjadi cara kuno dan tidak menarik lagi.
Areta dalam Kompasiana (2012), Kamis (27/09/2012) mengatakan bahwa
Tawuran pelajar mempunyai hubungan yang erat dengan kurikulum yang berat yang dibebankan kepada pelajar di Indonesia. Anak-anak perlu diberikan kesempatan yang seluas-luasnya, di sekolah untuk menyalurkan ekspresi dirinya, misalnya dengan musik, sastra, theater, mengikuti olimpiade science dan matematika, berkebun, olahraga, fotografi, kegiatan amal, dan seterusnya. Di sekolah, anak jangan hanya dipaksa mengejar nilai yang bagus namun mengabaikan nilai-nilai humanisnya sebagai manusia dan mahluk sosial. Kecerdasan emosi (EQ) harus sudah mulai diperhitungkan sebagai nilai-nilai yang tidak boleh dianggap sepele oleh kaum pendidik terutama dalam kurikulum sekolah.
Jadi, dapat disimpulkan yang pertama bahwa seharusnya pada masa orientasi siswa, sekolah dan komponennya berpengauh terhadap minat belajar siswa. Pada saat inilah, senior memberikan motivasi-motivasi tentang pendidikan yang dapat menimbulkan minat belajar. Apabila hal ini disalahgunakan, maka akibatnya akan fatal karena pemahaman-pemahaman yang didapat tidak sesuai dengan tujuan awal orientasi siswa, yakni membangkitkan minat belajar untuk menghasilkan generasi yang unggul. Kedua adalah kurikulum sekolah yang tidak memberatkan juga berpengaruh terhadap minat siswa untuk belajar. Apabila sekolah dapat menjalankan fungsinya sebagai penyalur bakat dan minat siswa, maka ia tidak akan perlu mencari pelampiasan seperti halnya tawuran pelajar. Hubungan antara tawuran pelajar dengan minat belajar sangatlah erat dan dekat, karena jika sekolah memfasilitasi hal positif untuk siswa,maka tawuran pelajar dapat ditekan bahkan dihindari.
2.3 Cara Meningkatkan Minat Belajar Siswa
Minat belajar siswa sangat berkaitan dengan pendidikan karena dengan minat belajar yang tinggi seorang siswa dapat meningkatkan pendidikannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Syah (2010: 10) pendidikan berasal dari kata didik, lalu kata ini mendapat

awalan ke sehingga menjadi mendidik, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya pengertian pendidikan ialah proses pengubaahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut pengertian definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa seorang pelajar yang terlibat tawuran dia membutuhkan suatu pendidikan untuk mengubah sikap dan tata lakunya dan hal ini berkaitan dengan minat belajarnya yang kurang sehingga mengakibatkan ia terjerumus dalam tawuran pelajar. Pelajar yang terlibat tawuran tergolong anak yang memiliki kebutuhan khusus karena kelebihan energi. Namun, kelebihan itu tidak tersalurkan sehingga perlu diberikan perhatian tambahan. Anak-anak yang terlibat tawuran ini tergolong anak berkebutuhan khusus dalam arti mereka memiliki kelebihan energi ini harus dipisahkan perlakuannya dengan menyalurkan energi mereka ke hal-hal yang lebih positif. Misalnya, mereka diikutkan dalam perlobaan karate, balap mobil, tekwondo atau olah raga yang menggunakan fisik.
Jadi, pada dasarnya, mereka kelebihan energi sehingga melampiaskan agar tersalurkan tetapi dengan cara yang salah. Mereka kelebihan minat terhadap hal-hal seperti ektrakurikuler tetapi kurang minat dalam hal akademik. Untuk meningkatkan minat mereka dalam hal akademik agar terjadi keseimbangan antara ekstrakulikuler dan akademik, dapat dilakukan banyak cara karena proses belajar akan berjalan dengan lancar apabila ada minat. Oleh karena itu, guru harus mampu membangkitkan minat siswa dalam menerima pelajaran. 
Menurut Malyno (2012), ada beberapa macam cara yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat anak didik yaitu:

o   Membandingkan adanya suatu kebutuhan diri anak didik, sehingga dia rela belajar tanpa paksaan.
o   Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga anak didik mudah menerima bahan pelajaran.
o   Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif.
o   Menggunakan berbagai macam bentuk dan mengajar dalam konteks perbedaan individual anak didik

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.1.1 Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi seorang pelajar melakukan tawuran, baik faktor dari diri sendiri, faktor lingkungan sekitar, serta faktor sekolah. Semua faktor itu dapat mempengaruhi minat belajar siswa.
3.1.2 Seharusnya pada masa orientasi siswa, sekolah dan komponennya berpengauh terhadap minat belajar siswa bukan sebagai ajang senior memperkenalkan balas dendam dari apa yang pernah ia terima pada waktu yang sama menjadi junior . Kedua adalah kurikulum sekolah yang tidak memberatkan juga berpengaruh terhadap minat siswa untuk belajar.
3.1.3 Banyak sekali hal-hal yang dapat membangkitkan minat siswa untuk belajar, mulai dari membangkitkan minat anak didik hingga hal-hal yang dapat dilakukan pengajar untuk meningkatkan minat belajar siswa
3.2 Saran
Tawuran pelajar merupakan salah satu potret yang ikut meramaikain wajah pendidikan pendidikan di Indonesia. Banyak sekali hal-hal yang harus diperhatikan. Beberapa saran yang mungkin dapat diperhatikan adalah
3.2.1         Bagi pelajar
o   Memperdalam ilmu agama agar hidup menjadi lebih tentram dan hati menjadi lapang
o   Para pelajar wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan tidak akan selesai jika penyelesaiannya dengan menggunakan kekerasan.

3.2.2   Bagi sekolah
o   Peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan penurunan drastis pada perilaku negatif siswa, seperti prilaku kekerasan, yang dapat menghambat keberhasilan akademik.
o   Menggunakan momen masa orientasi siswa untuk memotivasi siswa, bukan sebagai ajang balas dendam senior
o   Melakukan komunikasi dan pendekatan secara khusus kepada para pelajar untuk mengajarkan cinta kasih.
o   Tindakan kekerasan pasti akan menular, Pihak yang berwenang haruslah tegas memberikan sanksi untuk pelaku tindak kekerasan.
3.2.3   Bagi guru
o   Selain menggunakan beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat belajar siswa juga memberikan arti pengajaran ilmu beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk menyelamatkan orang dan bukan untuk menyakiti orang lain.
o   Selain itu, perlu mengajarkan ilmu sosial Budaya, ilmu sosial budaya sangat bermanfaat untuk pelajar khususnya, yaitu agar tidak salah menempatkan diri di lingkungan masyarakat.
o   Guru tidak hanya harus mampu memahami perkembangan otak dan cara belajar siswa, melainkan juga harus ahli menganalisis, meneliti bagaimana pengaruh pelajaran yang diajarkannya terhadap kehidupan sehari-hari


3.2.4        Bagi orang tua
o   Orang tua harus bersimpati dan berpikiran terbuka dalam hal sosialisasi anak. Anak perlu merasa bahwa mereka dapat menceritakan dan mengungkapkan rahasia serta kegagalan dan kesuksesan kepada orang tua
o   Lebih mengarahkan pergaulan anak ke hal yang positif
Lebih memotivasi anak dalam belajar sehingga dapat menaikkan minat belajarnya.

1 komentar: